Judul Buku : Dengan Hati
Penulis : Syafrina Siregar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetalan : I, Mei 2008
Tebal : 280 hlm ; 20 cm
Ket : Dibeli di TB Gramedia AMPLAZ ( 26-Juni-08)
Dengan Hati adalah novel ketiga dari keenam karya Syafrina yang saya baca. Saya suka gaya tutur Syafrina yang cerdas, juga alur cerita yang mengalir cepat. Membuat saya tak butuh banyak waktu untuk melahap habis buku setebal 280 halaman ini.
Diantara keenam karyanya, hanya ‘Dengan Hati’ saja yang judul sangat sederhana. Tidak mengundang rasa ingin tahu lebih jauh. Kurang menjual ; menurut saya.Tapi, ketika melihat nama Syafrina bertengger di covernya, tercantum sebagai penulis, dan membaca sinopsis di sampul belakangnya, saya merasa perlu membaca novel ini. Karena, sedikit sekali novel bergenre sejenis yang menghibur sekaligus mendidik dan tidak menonjolkan hedonisme – Kiky Fitriyanti (bankir, blogger, dan ibu dua anak, Jakarta), dalam testimoninya di halaman muka novel ini.
Novel ini, bercerita tentang kehidupan Orang-Orang dengan HIV AIDS. Syafrina yang piawai mengolah pengalamannya saat berkecimpung di organisasi penanganan isu AIDS, Ia menumpahkan totalitas pengetahuannya tentang penyakit mematikan tersebut. Tentu dengan bahasa khasnya ; simpel dan mudah dimengerti.
Tokoh sentralnya adalah Mila (Kamila), seorang gadis cerdas dan berpendidikan tinggi, putri seorang dokter spesialias kandungan yang kaya. Mila bekerja sebagai konsultan pada World Care, sebuah organisasi non profit yang mendapat dana dari pemerintah Amerika untuk menangani isu HIV AIDS di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Mila yang digambarkan memiliki kepribadian supel dan cerdas sekaligus berjiwa sosial ini, seharusnya ia memahami banyak hal seputar AIDS dan penularannya, apalagi tempat kerjanya menempatkan dirinya sebagai konsultan yang menuntutnya untuk tidak mendiskriminasikan ODHA. Namun Mila masih dilanda prasangka, dan memandang jijik terhadap ODHA.
Adalah Santi, teman sekerja Mila yang ternyata adalah seorang HIV positif. Santi merasa perlu merahasiakan hal ini kepada Mila karena Santi tidak ingin Mila menjauhinya. Santi sendiri terbuang dari keluarganya di Jogja karena pernikahannya tidak direstui. Suami Santi meninggal dunia karena AIDS, karena sewaktu kuliah pernah mengkonsumsi narkoba dan bertukar jarum suntik dengan sesama penggunanya.
Bersetting di Medan, membuat Syafrina berhasil mengajak pembaca merasakan atmosfir kota besar tersebut. Syafrina berhasil memperkenalkan Medan, meski tidak terlalu menonjol.
Informasi yang sangat gamblang tentang HIV-AIDS mulai dari perbedaan HIV dangan AIDS, media penularan sampai bagaimana menyikapi ODHA, membuat novel ini tidak sekedar menawarkan kisah asmara klise saja, namun juga tentang persahabatan, pengorbanan, dan juga rasa kehilangan.(Nai)
Tinggalkan Balasan ke unai Batalkan balasan